Pages

Budayakan ENAM LANGKAH

Jika Anda ingin berhasil di bisnis MLM, enam langkah ini perlu Anda budayakan sehari-hari. Jika tidak, Kemungkinan besar anda tidak akan berhasil dalam mewujudkan impian hidup.

 Dalam rubric Profil maupun Dialog di majalah selalu ditampilkan para distributor yang berhasil mendulang sukses di MLM. Mereka berasal dari pelbagai lapisan sosial, baik mantan dosen, guru, karyawan, kalangan professional, ibu rumah tangga, ataupun mereka yang pada mulanya terpinggirkan kehidupan sosialnya, seperti mantan tukang sol sepatu,tukang es balok, kuli panggul beras, tukang bantal, pelayan catering dan sebagainya. Di MLM warna kehidupan mereka berubah total, menikmati symbol baru sebagai jutawan di saat negeri ini dililit badai krisis multi dimensi.

Jejak keberhasilan mereka itu menjadi inspirasi jutaan orang pelaku bisnis MLM. Maklumlah, di banding bisnis lainnya, ongkos di MLM tergolong murah meriah. Modal yang dikucurkan relative kecil – hanya membeli starter kit, tidak membuthkan gelar akademis, tidak merekrut karyawan dan gajinya, tidak dibuthkan skill tertentu.

 Di lain pihak, walaupun modal dan risikonya sangat kecil, penghasilan yang ditawarkan bisnis yang konon kabarnya digeluti oleh 4 juta orang di Tanah Air, ini tidak terbatas. Semua diserahkan kepada target pebisnis MLM masing-masing,. Mau puluhan juta, ratusan juta, ataupun lebih dari Rp. 1 milyar pertahunnya, silahkan saja. Tidak akan pernah dibatasi, seperti halnya menjadi karyawan pada perusahaan swasta terkemuka.

 Lagipula, bisnis MLM tidak terikat kepada ruang dan waktu. Dalam prakteknya, bisnis ini dilakukan di mana saja tanpa mengenal batas. Entah sengaja melakukan silaturahmi, di restoran, dalam perjalanan wisata maupun liburan, dalam arisan, pesta perkawinan dan sebagainya. Karena itu, banyak yang menyebut, MLM sarana yang tepat untuk mencari dan menambah penghasilan tanpa memandang atribut sosial. Ataupun tidak menanggalkan profesi semula yang ditekuni masing-masing. Sebab, bisnis ini pada mulanya, hanya dijalankan paruh waktu. Barulah, setelah perkembangannya signifikan – ditandai jaringan yang menggurita dan bonus puluhan juta, biasanya bisnis ini diterjuni full time. Bisnis ini tidak mungkin dilakoni paruh waktu.

 Lantas, bagaimana caranya meraup  penghasilan dari bisnis MLM? Ternyata, dari penelusuran $UKSE$ hasil wawancara dengan para leader MLM, resep keberhasilannya sederhana sekali. Tidak perlu teori muluk-muluk, seperti halnya duduk di bangku kuliah bertahun-tahun. “Asal punya minat, keinginan dan antusias merubah hidup, Insya Allah akan berhasil,” ujar Ir. Agung Handaya, MSc.  Sebab, menurut mantan Pembantu Dekan (PUDEK) Fakultas Teknik Universitas Trisakti, ini di MLM yang tidak punya pengetahuan bisa dilatih menjadi pintar, termasuk yang terpinggirkan tadi.

 “Melalui usaha ini, mereka kita latih menjadi wiraswasta, pengusaha mandiri yang diawali ala kadarnya. Tapi, seiring dengan peningkatan SDM lewat berbagai training, mereka akan menjadi pengusaha professional, “jelasnya.
 Training (pelatihan), memang merupakan denyut dari bisnis MLM, disamping kekuatan produk yang ditawarkan, khususnya produk yang punya report order tinggi. Bahkan, seperti dikatakan oleh Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Rich Dad’s Business School, MLM tidak melulu menjual produk, tapi juga terdapat rancangan pendidikan (training) yang muaranya memberikan perubahan dalam hidup. Ia merekomendasikan bila Anda ingin jadi business owner dalam MLM, lihatlah rancangan pendidikannya, seperti sikap terhadap kesuksesan, keahlian memimpin, keahlian komunikasi, mengatasi rasa takut pribadi, mengatasi rasa takut terhadap penolakan, keahlian manajemen uang dan waktu, penentuan tujuan dan sebagainya.

 Di luar kekuatan produk dan training tadi, setidaknya ada enam langkah yang “wajib” dilakukan oleh pelaku bisnis MLM. Tanpa keenam langkah ini, jangan berharap dapat meraup keberhasilan di MLM. Dan keenam lagkah ini merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, atau katakanlah ibarat sebuah sistim untuk mencapai kesuksesan. Jika satu bagiannya copot, makan akan mengaruhi sub sistim lainnya. Berikut enam langkah itu:

 1. Tetapkan tujuan
 Ketika Anda bergabung ke bisnis MLM, tentunya ada tujuan yang akan dicapai. Apa itu tujuannya, katakanlah, meningkatkan kesejahteraan keluarga, ditandai meningkatnya penghasilan yang luar biasa melebihi gaji Anda sebagai karyawan. Tujuan ini tidak mungkin terwujud, bila Anda diam saja, tidak melakukan suatu kegiatan. Maka, langkah pertama yang dilakukan, Anda harus menjalankan bisnis ini. Lakukanlah bisnis ini sesuai komitmen Anda masing-masing dan mematuhi “rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.”

 2. Membeli Produk/pengetahun produk
 Langkah kedua membeli sejumlah produk. Konsumsilah produk ini untuk merasakan khasiat dan manfaatnya, sebagai bekal Anda untuk berbagi pengalaman kepada orang lain. Tanpa merasakan khasiat dan manfaatnya, sulitlah Anda membagi pengalaman kepada orang lain. Lalu pelajarilah pengetahuan produk itu dengan mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan maupun para leader.

 3. Membuat Daftar Prospek
 Dalam “kamus” MLM, prospek diartikan sebagai mereka yang punya peluang diajak bergabung dalam bisnis Anda. Prospek itu bisa anggota keluarga, sahabat, relasi, teman dalam kegiatan sosial, tetangga dan sebagainya. Kepada merekalah Anda membagi pengalaman khasiat dan manfaat produk yang dikonsumsi. Dalam sharing ini, mulailah dari lingkup yang terkecil dulu, yait anggota keluarga dan sahabat-sahabat terdekat.

 Usahakan setiap hari, atau minggu, daftar prospek Anda selalu bertambah. Prospek ini bisa diperoleh melalui rekomendasi dari orang-orang yang Anda kenal. Misal, siapa teman atau saudara dari tetangga Anda.

 Allen Carmichael dalam bukunya Network & Multi Level Marketing, memberikan kiat agar tidak kehabisan daftar prospek, yaitu membagi kehidupan Anda dalam pelbagai bidang kehidupan. Misalnya, siapa teman Anda sekolah? Teman kuliah Anda?Teman organisasi Anda? Teman lari pagi Anda? Teman kerja Anda? Teman pengajian dan gereja? Siapa yang Anda kenal dalam pesta perkawinan dan sebagainya. Jadi, teruslah bertukar kartu nama pada setiap orang yang Anda kenal.

 4. Berbagi Pengalaman
 Daftar prospek itu tidak akan berguna sama sekali jika Anda tidak membagi pengalaman kepada mereka. Karena itu, temuilah mereka ke rumah masing-masing atau bertemu disuatu tempat sesuai dengan kesepakatan. Namun perlu diingat, sebelum melakukan sharing, hendaknya Anda mengenal lebih dulu kebutuhan dari prospek tersebut. Ini sangat penting, agar pendekatan Anda efektif, tidak salah sasaran. Umpamanya begini, jika prospek membutuhkan kesehatan, maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan produk. Bukan peluang bisnisnya. Tapi, bila prospek cenderung pada menambah penghasilan maka Anda ceritakan tentang peluang bisnisnya. Bukan pada produknya. Karena itu pelajarilah tentang pengetahuan produk dan marketing plannya. Kedua hal ini bisa Anda kombinasikan dalam berbagi pengalaman tersebut.

 5. Mensponsori (Rekrutmen)
 Setelah melakukan sharing, ajaklah prospek bergabung dalam bisnis MLM Anda. Berikan pemahaman tentang keuntungan yang diperoleh, baik mengenai bonus, komisi kepemilikan mobil, rumah dan sebagainya. Disini, selaku sponsor Anda dapat memahami marketing plan, aturan main tentang perolehan penghasilan yang diperoleh. Tidak ada salahnya Anda menunjukkan bonus statemen yang diperoleh dari perusahaan.

 Patut dicatat, dalam melakukan sponsoring tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Dimana saja dan kapan saja, sponsoring dapat dilakukan, entah dalam perjalanan, pesta perkawinan, arisan dan sebagainya. Jadi, ada kalanya sharing dilakukan bersamaan dengan sponsoring.

 Sponsoring harus dilakukan terus menerus. Sebab, tidak semua orang yang disponsori dapat mengembangkan bisnisnya dengan baik. Ada kalanya, karena sesuatu hal, mereka tidak aktif, atau akrab dengan sebutan “downline tidur”. Jadi, dalam mengantisipasi “downline tidur” tadi, maka lakukan terus sponsoring dengan cara menambah atau memperbanyak daftar prospek.

 6. Duplikasi
 Setelah melakukan sponsoring, tugas Anda selaku upline dari sponsor tidak berhenti. Anda punya tanggung jawab membina downline atau orang yang Anda sponsori, yaitu membimbing, memotivasi, memahami keinginan dan membantunya untuk mencapai impian hidupnya. Ingatlah makna MLM, yaitu Meet(bertemu), Learn(mengembangkan) dan Multiply(mengembangkan). Semua itu dalam rangka “menduplikasikan” diri Anda kepada downline hingga mereka melakukan sponsoring agar jaringannya berkembang pula.

 Banyak yang menyebut, duplikasi dikatakan berhasil, jika dilakukan sampai tiga level. Asumsinya, jika Anda (upline) berhenti melakukan pembinaan kepada downline, maka downline bersangkutan akan berhenti pula. Akibatnya upaya membentuk jaringan bakal terputus.

 Sebagai gambarannya begini. Katakan saja Anda berhasil mensponsori Budi. Jika Anda berhenti mengajari Budi, maka Budi akan berhenti pula. Ia tidak melakukan sponsoring. Namun bila mengajari Budi bagaimana mensponsori, dia juga akan melakukan hal yang sama. Anggap saja Budi mensponsori Anton. Disini Anda baru menduplikasi diri.

 Jika Rudi gagal mengajari Anton, lagi-lagi duplikasi terputus. Maka Anda pun dituntut mengajar Anton mensponsori orang lain. Misalnya saja, Budi berhasil mensponsori Adi, maka Anda punya tiga downline: Level pertama Budi; level kedua Anton; level ketiga Adi. Ketiganya akan bekerjasama membuat jaringan. Begitu seterusnya duplikasi seperti halnya urut kacang secara berkesinambungan.

 Sumber: Majalah Bulanan: Kemandirian Karir & Finansial “$UKSE$”

Gratisan

 
// Bawah ini Script Tulisan tak bisa dicopy paste