Pages

Ensiklopedia Keris - B

BADAELA, pamor yang dianggap kurang baik termasuk pamor tiban dan terletak di sor-soran, karena tuahnya buruk maka sering diberikan ke museum atau dilarung.


BAKUNG, nama dapur keris luk lima, ukuran panjang bilahnya sedang. Cekungan pejetannya dalam, tikel alis dan greneng, selain itu tidak ada ricikan lain.

BALEBANG, dapur keris luk lima, ukuran panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap pakai sraweyan, tanpa greneng. Selain luk lima juga ada Balebang luk tujuh dengan kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan.

BALEWISA, KANJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Parungsari, wrangka dari kayu Timoho dengan pendok bunton terbuat dari suasa. Semula milik Tumenggung Sasranegara kemudian diberikan ke anaknya Tumenggung Sasradiningrat yang menjadi menantu Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, keris ini kembali ke Kraton dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.

BANGO DOLOG, Dapur keris luk tiga , ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah dua, pejetannya dangkal, memakai tikel alis. Bagian belakang bilah, dipangkal (sor-soran) tepinya tidak tajam sampai ke luk yang ke dua selain itu tidak ada ricikan lainnya.

BANCEAN, Wrangka kombinasi gaya Surakarta dan Yogyakarta  disebut juga Bincihan.

BANDOTAN, Salah satu dapur tombak luk tujuh, sepertiga panjang tombak lurus sedangkan dua pertiga baru ada luk nya, sisi kiri/kanan bawah ada gandiknya berukir naga kadang dihias kinatah, badan kedua naga tersebut menyatu dan menghilang membentuk ada-ada yang besar dan menonjol mengikuti luk.

BANJURA, KI EMPU, seorang EMPU pada kerajaan Demak dan jarang tercatat dibuku, buatannya bentuk ganjanya datar, rata dan tipis, guru melednya kecil , sirah cicaknya panjang tetapi tidak sampai meruncing pada bagian ujung. Bilahnya sedang dan ramping seperti buatan EMPU Majapahit tetapi besinya memberi kesan “kering” berpori dan kurang tempaan, pamornya sederhana, kembang kacangnya ramping tetapi lingkarannya besar, blumbangannya berukuran dalam tapi sempit, sogokannya dangkal dan panjangnya cukup, secara keseluruhan memberi kesan wingit.

BANYAK ANGREM, salah satu dapur tombak seperti angsa mengeram, tidak symetris, lebar bagian bawah, permukaan datar tetapi memakai ada-ada tipis ditengah bilah, ricikan lain tidak ada. Dapur ini banyak terdapat pada tombak lama dan dibuat bukan untuk berperang tetapi sebagai pusaka.

BANYAK WIDE, EMPU, hidup jaman Pajajaran, ada yang menyebut namanya Ciung Wanara, hasil karyanya ganjanya tergolong panjang (ganja wuwung), guru meled juga panjang, sirah cecak membulat tetapi tepat bagian cocor meruncing kecil , besi keris hitam berkesan padat dan liat dan secara keseluruhan memberi kesan angker, wingit.

BARU, nama salah satu dapur tombak lurus, Bilahnya simetris. Bentuk menyerupai daun bambu dengan sedikit lekukan landai dibagian bawah pinggangnya. Lebar bilah bagian bawah sedikit lebih lebar daripada bagian atas pinggang. Tombak ini memakai bungkul dibagian sor-soran, bilah diatas sor-soran berbentuk ngadal meteng. Dapur Baru ini tergolong popular, banyak dijumpai terutama pada tombak buatan Majapahit dan Belambangan.

BARU CEKEL, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah bilah agak kebawah ada tekukan landai membentuk semacam pinggang yang cukup ramping, memakai ada-ada dan bungkul kecil. Sisi bilah paling bawah bentuknya menyudut, tetapi permukaan bilah yang menghadap kebawah bentuknya datar.

BARU GRONONG, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, bentuknya pipih, tipis, mempunyai lekukan landai dibagian tengah bilah yang menyerupai pinggang. Lebar bilah bagian atas lebih sempit disbanding bagian bawah pinggang. Diatas metuk ada bungkul. Tombak ini memakai kruwingan dikiri kanan bagian bungkul tetapi permukaan bilahnya tidak memakai ada-ada.

BARU KALANTAKA, salah satu dapur tombak lurus, dibagian sisi tengah bilah ada lekukan landai membentuk semacam pinggang yang tidak begitu ramping. Bagian dibawah pinggang ini lebih besar daripada bagian diatasnya. Memakai ada-ada, dibawah ada-ada ada bungkul kecil. Sisi bilah yang menghadap kearah bawah membulat membentuk semacam separuh elips.

BARU KARNA, lihat BARU KUPING.

BARU, KANGJENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur baru, semula milik Ki Sawunggaling dari Bagelen kemudian diberikan ke Pangeran Mangkubumi melawan penjajahan Belanda.

BARU KUPING, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, menyerupai daun bambu, dengan sedikit lekukan landai pada bagian bawahnya. Hampir mirip bentuknya dengan tombak dapur Baru. Lebar bagian bawah pinggang sedikit lebih kecil dari atas pinggang, memakai bungkul diatas mentuk, permukaan bilah tombak diatas bagian bungkul berbentuk ngadal meteng.

BARU PENATAS, tombak salah satu dapur lurus, simetris, pipih dan tipis. Mempunyai lekukan seperti pinggang ditengah, lebar bagian bawah pinggang lebih besar daripada bagian atas, diatas bagian metuk ada bungkul besar, permukaan bilah tombak diatas bungkul berbentuk ngadal meteng.

BARU TEROPONG, salah satu dapur tombak lurus, bagian tengah ada tekukan landai seperti pinggang tetapi tidak begitu ramping. Bilahnya agak tebal, tidak memakai ada-ada tetapi memakai bungkul berukuran besar namun tipis dan tidak begitu menonjol. Permukaan bilah tombak berdapur umumnya nggigir sapi.

BASSI PAMARO, sebutan bagi pamor Luwu, biasa dipakai orang Malaysia, Singapore dan Brunei dan menjadi bahan dagangan semenjak jaman Majapahit.

BATANG GAJAH, KANGJENG KIAI, Keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Carita Luk 11, wrangkanya kayu Trembalo, pendoknya emas blimbingan rinaja warna.

BATU LAPAK, pamor yang selalu menempati bagian sor-soran sebuah keris, badik, pedang atau tombak. Bentuknya merupakan berkas garis yang melengkung setengah lingkaran atau menyudut dan tergolong pamor miring serta pamor rekan , tuahnya bisa melindungi dari bahaya tak terduga.

BAWANG SEBUNGKAL, pamor dengan bentuk mirip dengan irisan bawang, menempati sor-soran keris tergolong pamor miring dan rekan. Tuahnya memelihara ketenangan dan ketentraman rumah tangga.

BEKEL JATI, EMPU, hidup di Tuban pada jaman Majapahit, tanda kerisnya Panjang bilah sedang, condong kedepan sehingga berkesan menunduk, lebar bilah dan ketebalannya cukup, bagian ganja agak sempit dibandingkan buatan Tuban lainnya dan termasuk ganja wuwung.
Jika kerisnya berluk, maka luk nya dangkal (kemba), kembang kacangnya bagus tetapi lambe gajahnya tergolong kecil. Sogokannya dangkal dan pendek, janurnya dibuat agak tumpul dan umumnya berpamor Wos Wutah, Bendo Segara, Udan Mas.

BENDO SAGODO, pamor yang gambarnya merupakan bentuk gumpalan yang mengelompok rapat, masing masing gumpalan terpisah jarak 0.5 cm – 1 cm dan tergolong pamor rekan. Tuahnya gampang mencari rezeki dan pamor ini tidak pemilih.

BERAS WUTAH, lihat WOS WUTAH.

BERAS WUTAH PELET, gambaran pada wrangka kayu Timoho yang berupa bintik besar dan kecil berwarna hitam tersebar tak beraturan, katanya mempunyai tuah yang baik untuk mencari rezeki.

BESI KUNING, atau wesi kuning sebutan senjata tradisional yang terbuat logam bewarna kuning biasa berbentuk bukan keris tetapi pangot, patrem, golok pendek dan orang orang tua mengatakan bahwa besi kuningan merupakan campuran unsure besi, timah putih, perak, seng, timbal, tembaga, emas. Dipercaya mempunyai kekuatan gaib menjadi orang kebal terhadap senjata lain.

BESUT, lihat MASUH.

BETOK, salah satu dapur keris berukuran bilahnya lebar dibandingkan bilah keris lainnya. Panjang bilahnya pendek lurus, gandiknya panjang, pejetannya dangkal, dan merupakan keris yang tua umurnya.

BIMA KURDA, salah satu dapur keris luk 13, memakai kembang kacang, jenggot susun, lambe gajah satu, tanpa sogokan, tanpa tikel alis. Selain itu memakai Sraweyan dan greneng lengkap. Selain luk 13 ada juga yang luk 23 dan ukuran kerisnya lebih panjang dari kalawija, ricikannya memakai kembang kacang, lambe gajah dua, sogokannya dua, ukurannya normal, memakai greneng lengkap atau hanya ri pandan.

BIRAWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Carita, luk 11. Wrangkanya terbuat dari kayu Timoho dengan pendok dari emas bertahta berlian. Semula ini punya Sultan HAMENGKU BUWONO I yang dianugrahkan ke Pangeran Hadikusuma, putranya, akhirnya setelah berganti ganti pemilik kembali lagi ke Kraton dengan harga 300 ripis.

BIRING DRAJIT, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris. Sisi bilah tombak di bagian tengah ada lekukan dalam,bentuknya menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah pinggang ini lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai ke ujung. Separuh bilah tombak kebawah permukaannya berbentuk ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.

BIRING LANANG, salah satu dapur tombak lurus seperti Biring Drajit, Sisi bilah tombak di bagian tengah ada lekukan dalam,bentuknya menyerupai pinggang yang sempit dan ramping, bagian bawah pinggang ini lebih lebar dibandingkan bagian atas pinggang. Disisi paling bawah ada dua bagian yang menyudut.
Tombak ini memakai ada-ada tipis ditengah bilah mulai bawah sampai ke ujung. Separuh bilah tombak kebawah permukaannya berbentuk ngadal meteng tetapi selebihnya datar saja.

BLABAR, KANGJENG KYAI, nama pusaka kraton Yogyakarta berdapur Pasopati berpamor sekar pala dengan wrangka kayu cendana, pendok dibuat emas murni dan berbentuk blewehan. Keris ini merupakan putran atau duplikat dari pusaka kraton Surakarta yang juga bernama Kyai Blabar. Semula dimiliki Pangeran Hadikusumo tetapi pada pemerintahan HAMENGKU BUWONO V ditarik kembali ke kraton.

BLARAK NGIRID, termasuk pamor miring dan rekan bentuknya mirip daun kelapa dengan pelepahnya dan tuahnya untuk kewibawaan dan kepemimpinan, pamor ini kadang disebut Blarak Sinered atau Blarak Ginered. Pamor ini tergolong mahal dan susah pembuatannya.

BLANDARAN , LANDEYAN, tangkai tombak sekitar 3 atau 4 meter panjangnya, dahulu digunakan prajurit berkuda mengejar musuh atau acara Rampogan dan Watangan (latihan perang-perangan untuk prajurit berkuda) setelah ujungnya diganti dengan semacam bahan lunak.
 Blandongan
BLANDONGAN, alat untuk merendam tosan aji sebelum dicuci dan diwarangi, terbuat dari kayu keras dengan ukuran 70 cm x 20 cm x  15 cm, tengahnya ada lekukan dan kadang diukir. Blandongan disebut juga Kowen.

BLUMBANGAN, atau Pejetan atau Pijetan adalah bagian keris yang berupa cekungan atau lekukan pada bagian bawah bilah keris letaknya dibelakang bagian gandik dan didepan bagian bungkull

BONANG RINENTENG, tergolong pamor rekan, merupakan garis lurus ditengah bilah keris atau tombak mulai dari ujung pangkal sampai ujung bilah, dikiri kanan garis ada bulatan bulatan kecil yang menempel garis , antar lingkaran berjarak 1 – 1,5 cm dan bulatan terdiri dari lingkaran yang tersusun. Tuahnya membawa rezeki dan berwibawa tinggi, banyak dimiliki pengusaha .

BONG AMPEL, salah satu dapur tombak lurus, simetris, sisi bilah tengah ada lekukan landai membentuk pinggang yang ramping menyempit. Disisi bilah bagian bawah ada dua tonjolan menyudut. Permukaan seluruh tombak ini ngadal meteng.

BONGGOL, lihat BUNGKUL.

BONGKOT, lihat SOR-SORAN.

BONTIT, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Jogya, berdapur Sabuk Inten, luk 11, wrangka dari Timoho, pendok bunton dari suasa. Semula milik Penembahan Mangkurat, putra HAMENGKU BUWONO II, pada jaman HAMENGKU BUWONO V dikembalikan ke Kraton.

BOWOROSO, organisasi pecinta keris di Surakarta.

BRAJAGUNA I, EMPU, seorang EMPU terkenal dijaman Surakarta, banyak yang mengatakan EMPU ini berasal dari Madura. Keris dan tombak buatannya terkenal amat kuat dan dapat menembus perisai, banyak menggunakan baja pada pembuatannya.
Tanda tanda lain,  bilahnya berukuran agak panjang disbanding keris buatan Mataram, tebalnya sekitar 2 kali lipat dan berbentuk ngadal meteng. Bentuk ganjanya agak melengkung, sirah cicaknya tidak begitu meruncing pada ujungnya. Guru meled dan wetengannya berukuran sedang. Pamornya rumit, lembut dan biasanya merata di seluruh permukaan bilah, menancapnya pamor pada bilah kuat dan pandes, kalau membuat pamor miring rapi sekali, jalur pamor tidak ada yang bertindihan satu sama lain. Ia membuat hampir semua motif pamor namun yang terbanyak adalah Wos Wutah, Pedaringan Kebak, Ron Ganduru, Wengkon, Naga Rangsang, Kara Welang, Lar Gangsir.
Kalau membuat kembang kacang bentuknya serupa gelung wayang. Jalen dan lambe gajahnya berukuran sedang. Sogokannya makin menyempit kearah ujung. Blumbangannya dangkal. Kalau tanpa kembang kacang, gandiknya agak miring. Penampilan keris keras, gagah dan meyakinkan.

BRAJAGUNA II, EMPU, anak dari EMPU Brajaguna I, hidup pada jaman PAKU BUWONO IV di Surakarta, keris buatannya mirip buatan ayahnya hanya agak lebih pendek.

BRAJAGUNA III, cucu Brajaguna I, hidup dijaman PAKU BUWONO V, perbedaan karyanya adalah ganjanya lebih lebar.

BRAJAKARYA, EMPU, EMPU terkenal jaman Surakarta dan buatannya sering disebut tangguh Mangkubumen. Karyanya dikenali sebagai berikut, Ganjanya tergolong ganja Sebit Ron Tal, bentuknya agak melengkung, sirah cecak meruncing diujungnya, wetengannya ramping, buntut urang melebar dibagian ujungnya. Bilah keris berukuran sedang, posisi agak tegak, besinya matang tempaan, pamor penuh merata diseluruh permukaan bilah, biasanya pamornya nginden, umumnya tegolong pamor mlumah.
Kalau membuat kembang kacang seperti gelung wayang, sogokannya agak dalam, janurnya dibuat menyerupai lidi, kalau membuat bagian Da pada Ron Da  ujung-ujungnya runcing dan lekukannya dalam. Kalau tanpa kembang kacang, gandiknya dibuat miring, secara keseluruhan kerisnya berpenampilan tampan dan gagah  walau ukurannya tidak besar.

BRAJASETAMA, EMPU, hidup dijaman Sunan PAKU BUWONO IX, buatannya ganjanya ramping, mendatar, sirah cecak meruncing bagian ujung, gulu meled serta wetengannya sedang, ujung buntut urangnya melebar. Ukuran bilah sedang besinya hitam keunguan dan matang tempaan, pamor tebal tebal tapi tidak rapat satu sama lain, motif sederhana, penampilannya gagah meyakinkan, kembang kacang dibuat menyerupai gelung wayang, blumbangan atau pejetan lebar agak dangkal, tetapi sogokannya sempit, dangkal dan melengkung dekat ujung, bagian Da pada Ron Da dibuat besar dan jelas, kalau keris lurus maka gandiknya miring.

BRAJASETIKA, EMPU, EMPU yang hidup dijaman Surakarta, kerisnya disebut tangguh Mangkubumen. Karyanya dikenali dengan ganjanya tergolong Sebit Ron Tal, sirah cecak meruncing pada bagian ujungnya, gulu meled berukuran sedang, begitu juga wetengannya, ujung buntut urangnya melebar.bilahnya berukuran sedang tetapi tebal, besinya matang tempaan dan berkesan padat, pamornya penuh, rumit dan sering nginden, biasanya pamor mlumah serta teratur rapi.
Kembang kacangnya seperti gelung wayang, blumbangannya normal, sogokan agak dalam dan melengkung ujungnya, kalau membuat Da pada Ron Da ujung ujungnya meruncing tetapi lekukannya tidak begitu dalam, jika tanpa kembang kacang, bagian gandik dibuat miring. Penampilan nya tampan tenang dan meyakinkan.

BRAMA DEDALI, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogyakarta, dapur Tilam Upih, wrangka dari kayu Trembalo, pendok suasa bentuknya blewehan. Semula milik Penembahan Mangkurat dan konon ditemukan di Dieng, Wonosobo.

BRONGSONG, salah satu cara memakai keris sebagai pelengkap adat Jawa tengah terutama Surakarta, keris diselipkan di Sabuk Lontong diantara lipatan kedua dan ketiga, tetapi terlebih dahulu keris harus dibungkus dengan singep sehingga seluruh bagian wrangkanya tidak terlihat. Cara ini digunakan apabila membawa keris Raja/Pangeran sebagai bukti utusannya tetapi yang boleh melihat hanya orang yang dituju.
Branggah
BRANGGAH, bentuk warangka gaya Yogyakarta, bentuknya khas bagian belakang menyerupai helai daun , itu sebabnya disebut juga godongan. Kesan penampilannya gagah, di Surakarta disebut Ladrang sedang di Madura disebut Daunan.

BROJOL, salah satu dapur keris lurus, ada dua versi, pertama bilah pendek, lebar, tipis, gandiknya polos tipis, pejetan dangkal dan samar samar, kadang memekai ganja iras tanpa ricikan lainnya.
Versi kedua bilahnya sedang dan lurus, gandik polos, pakai pejetan tanpa ricikan lainnya. Beda dengan Tilam Upih, pada dapur Brojol tidak ada alis.

BUNGKALAN, bentuk pamor pada ujung keris, tombak. Pamor apapun kalau pada bagian dekat ujung bilah bentuknya seperti lidah ular bercabang dua disebut pamor bungkalan dan tergolong pamor yang disukai.

BUNGKUL, lihat WUNGKUL.

BUNTEL MAYIT, pamor yang bentuknya menyerupai lilitan kain menutupi seluruh bilah keris, bedor, pedang atau tombak. Merupakan pamor rekan, paduan pamor miring dan mlumah. Banyak yang beranggapan pamor ini kurang baik tetapi untuk orang yang kuat bisa mudah mendapatkan rezeki, tergolong pamor pemilih.

BUNTUT CECAK, buntutan atau kepet, bagian paling belakang dari ganja kadang disebut buntut urang walau kurang tepat.

BUNTUT URANG, sebutan ujung belakang ganja . setelah bagian gandok, bagian ganja makin menyempit terus sampai hampir keujung namun dekat ujung ukurannya melebar kembali. Bagian ganja sebelah ujung itu papak tidak meruncing.

BUTA IJO, Keris luk 9, ukuran bilah sedang, memakai sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan, gandik polos tanpa ricikan lain lagi.

Gratisan

 
// Bawah ini Script Tulisan tak bisa dicopy paste