Pages

Susu, Dulu Kawan Sekarang Lawan? (Pro & Kontra Susu)

Rupanya sejak bertahun-tahun lalu, memang telah terjadi pro dan kontra diantara para ahli mengenai
manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu, hasilnya masih campur-campur.

“Ayo, jangan lupa minum susunya!” Peringatan itu hampir setiap pagi terdengar dari sudut-sudut rumah para keluarga, terutama di kota besar. Sejak jaman dulu ketika susu mulai dipercaya perlu dikonsumsi untuk kesehatan tulang hingga jaman sekarang, produk-produk susu sapi dan dairy produk lainnya laris manis di pasaran. Apalagi bagi anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta manula yang nyata-nyata memang memerlukan asupan tinggi calsium. Bagi mereka, minum susu sudah seperti kewajiban.

Namun belakangan, tersiar kabar bahwa alih-alih dapat menguatkan tulang, susu malah bisa menyebabkan osteoporosis! Bahkan Prof. Dr. Hiromi Sinya, seorang ahli bedah yang bekerja di Beth Israel Medical Center New York, dalam bukunya yang menghebohkan, The Miracle of Enzyme, menyatakan bahwa susu sapi adalah minuman paling buruk untuk manusia. Susu sapi yang dulu merupakan sahabat manusia kini malah ditengarai sebagai biang kerok berbagai penyakit. Apakah benar demikian? Bagaimana para ahli menyikapi persoalan ini? Dan apa pula yang harus kita lakukan sebagai konsumen?

Rupanya sejak bertahun-tahun lalu memang telah terjadi pro dan kontra di antara para ahli mengenai manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa dasar. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu hasilnya masih campur-campur. Kubu prosusu menyajikan data-data penelitian yang mendukung manfaat minum susu. Sementara kubu kontrasusu pun memberikan data-data penelitian yang memaparkan bahayanya mengonsumsi susu sapi. Membingungkan bukan?

Kontra susu


Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-Kontrasusu

Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-negara yang konsumsi susu dan dairy product-nya rendah seperti Afrika Selatan atau Asia, angka kejadian osteoporosisnya malah tidak banyak.

Data tersebut baru mengaitkan susu dengan osteoporosis, belum lagi dengan masalah lain. Sekumpulan dokter dan pengacara yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicines (PCRM) di Amerika, dalam situs webnya bahkan meminta orang tua untuk merenung ulang bila masih berpikir bahwa anak-anak butuh susu untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Menurut PCRM, sebuah studi komprehensif yang diterbitkan pada tahun 2005 dalam Pediatrics memperlihatkan bahwa penambahan ekstrakalsium, baik dari susu maupun dari sumber lain ternyata tidak menimbulkan perbedaan pada densitas tulang anak-anak atau remaja. Selain itu, data-data membuktikan konsumsi susu ataupun dairy product lainnya malah berkontribusi terhadap terjadinya kegemukan, infeksi telinga, konstipasi, gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan beberapa kanker.

Pro susu

Sementara itu menurut para ahli yang prosusu, penelitian sejak puluhan tahun lalu telah membuktikan bahwa cara terbaik untuk mencegah patah tulang karena osteoporosis adalah dengan meminum susu sejak kecil. Susu adalah sumber utama kalsium yang juga kaya akan nutrisi penguat tulang lain seperti vitamin D, protein, potasium, dan fosfor. "Ada lebih dari tiga ratus penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat hubungan antara konsumsi dairy product (termasuk susu) terhadap kondisi tulang. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut kebanyakan memperlihatkan bahwa asupan tinggi dairy product dan tinggi kalsium akan melindungi dan menguatkan tulang," kata dokter Robert Heaney, pakar biologi tulang dan kalsium dari Creighton University Omaha, Nebraska.

Salah satu contoh penelitian tersebut dilaporkan dalam Journal of the American Dietetic Association tahun 2004. Jurnal ini mengatakan bahwa anak-anak usia 3-13 tahun yang menolak minum susu mengalami patah tulang lebih sering daripada teman sebayanya yang minum susu. Contoh penelitian lain adalah laporan dari Journal of Nutrition tahun 2006. Penelitian ini menyimpulkan, asupan kalsium secara teratur pada gadis-gadis remaja, terutama dari susu, akan meningkatkan massa tulang dan tercapainya kepadatan maksimum pada tulang yang merupakan faktor penting dalam menentukan risiko osteoporosis dimasa tua.

Jadi bagaimana?


Yang pasti, meskipun di antara ahli masih terjadi perdebatan, mereka tetap sepakat bahwa kalsium memang sangat dibutuhkan untuk melindungi dan memperkuat tulang, serta mencegah osteoporosis. Permasalahannya adalah, apakah benar susu masih bisa dijadikan sumber utama kalsium? Para ahli yang prosusu sebetulnya sudah sepakat bahwa mengonsumsi susu, asalkan tidak berlebihan, tidak berbahaya. Akan tetapi, kubu kontrasusu tetap saja menyatakan bahwa susu tidak baik bagi kesehatan. Untuk menjembatani hal ini, Harvard School of Public Health (HSPH) dalam salah satu uraian di situswebnya memberikan solusi yang cukup bijak.

Menurut HSPH, bagi peminum susu, kuncinya adalah tidak berlebihan dalam minum susu karena belakangan ini tidak ada penelitian yang mendukung manfaat susu bila susu diminum lebih dari satu gelas sehari. Minum susu lebih dari segelas sehari tidak dapat mengurangi risiko terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Selain itu, minum susu berlebihan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat dan ovarium. Akan tetapi sebetulnya, minum susu asalkan tidak berlebihan mempunyai dampak positif. Salah satunya, susu bisa menurunkan terjadinya risiko kanker usus besar dan menurunkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.

Sementara bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi susu karena alergi misalnya, ataupun memang karena antisusu, HSPH menganjurkan asupan kalsium dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung kalsium seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Namun, bagaimana dengan anak-anak dan remaja yang butuh asupan tinggi kalsium? Sebetulnya pilihan bergantung pada orang tua. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa selain rasanya enak, susu mengandung nutrisi penting lain yang dibutuhkan anak. Minum susu juga praktis bagi anak-anak. Keuntungan susu ini belum tergantikan oleh sumber makanan lain. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan konsumsi susu rendah lemak untuk anak di atas dua tahun bagi mereka yang tidak punya masalah dengan susu. Mengonsumsi kalsium dari bahan makanan lain tanpa susu tentu saja memungkinkan. Namun diperlukan kerja ekstra orang tua untuk merencanakan dan memonitor asupan makanan tinggi kalsium dalam jumlah besar. Apalagi umumnya jenis makanan tinggi kalsium lain belum tentu disukai oleh anak-anak. Akan tetapi sekali lagi, tetap "berkawan" dengan susu atau menjadikannya "lawan", pilihan ada pada masing-masing. Yang jelas, untuk mencegah osteoporosis kita butuh asupan kalsium, olah raga, serta variasi sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup. Selamat memilih! (dr. Agnes Tri Harjaningrum)***

Selengkapnya baca di :

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=115627

Gratisan

 
// Bawah ini Script Tulisan tak bisa dicopy paste